05 November 2015






 2015 Indonesia semakin terjual dan menderita, begitulah sepenggal tema yang diangkat dalam agenda Diskusi Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (DPMMI) di solo yang diselenggarakan oleh Lajnah Khusus Mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia 25 Oktober 2015. “Sejak krisis tahun 1997 Amerika dan Barat terang-terangan menjajah Indonesia secara politik dan ekonomi. Melalui IMF, mereka memaksa Presiden Soeharto menerima pinjaman LN, membuka masuknya modal asing dan keharusan menjual asset negara kepada swasta atau asing. Kebijakan ini berlanjut dengan dijualnya 14% saham PT Semen Gresik ke Cemex Mexico, 51% saham PT Pelindo II ke investor Hongkong, 49%saham PT Pelindo III ke investor Australia di masa BJ Habibie. Pemerintahan Megawati menjual Gas Alam ke Cina,  Indosat ke Singtel Singapore. Termasuk Telkomsel, BCA, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia dan lainnya dijual ke investor asing. Pemerintahan SBY semakin rajin mengobral aset Negara, tercatat 36 BUMN terjual” Tutur Bambang Pranoto Bayu Aji Ketua Panita disela-sela acara.

Bambang juga menyampaikan bahwa Agenda diskusi ini merupakan bentuk kecintaan tertinggi pergerakan mahasiswa muslim di seluruh Indonesia terlebih khusus jawa dan bali terhadap negeri dan rakyat Indonesia ini, hal ini Nampak sekali dengan dihadari oleh lebih dari 650 mahasiswa dari berbagai elemen pergerakan mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus. Para narasumber dalam diskusi ini yang bertindak sebagai pemantik awal berasal dari masing-masing provinsi se-jawa yaitu Jawa Timur diwakili oleh Ary Naufal dari kampus UNAIR, Jawa Tengah diwakili oleh Ezufatrin dari kampus UNDIP, DIY diwakili oleh Yayan dari kampus UGM, Jawa Barat diwakili oleh Ipank Fathin dari kampus UNPAD, Jakarta diwakili oleh Rizky Fatamazaya dari kampus UIN Jakarta. Diskusi yang dilaksanakan dari pagi hingga sore di Aula gedung 3 kampus UNS ini berjalan dengan lancar dan dinamis. Diskusi yang berjalan seharian penuh ini menghasilkan resolusi pergerakan mahasiswa yang dibacakan oleh Zaim Ahmad dengan isi resolusi sebanyak 4 butir:

1.      Sesungguhnya seluruh rakyat dan mahasiswa merasakan Indonesia semakin terjual dan menderita oleh Amerika dan negara-negara Barat akibat diterapkannya sistem sekuler yakni sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme liberal .
2.      Oleh karena itu, kami menyeru kepada Presiden Jokowi-JK untuk segera menghentikan sistem sekuler ini dan mengusir segala bentuk penjajahan itu dan menggantikannya dengan sistem Islam, dengan cara menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Inilah satu-satunya solusi yang benar, yang akan membawa rahmatan lil’alamin atau kebaikan bagi negeri ini, sekarang dan yang akan datang.
3.      Dengan syariat Islam, seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan diatur dengan cara yang benar. Ekonomi akan tumbuh, stabil dan akan memberikan keadilan dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat. SDA yang melimpah itu akan dikelola oleh negara untuk  rakyat. Berupa pelayanan gratis atau biaya terjangkau di bidang kesehatan, pendidikan, keamanan dan pemenuhan bahan pokok. Dan dengan kekuatan khilafah, penjajahan baru dalam segala bentuknya bisa dihentikan dengan segera.
4.      Apabila tuntutan Kami tidak dipenuhi maka kami akan terus berjuang menggalang seluruh Gerakan Mahasiswa Muslim Indonesia untuk melakukan Revolusi Islam demi mewujudkan Indonesia merdeka dengan syariah dan khilafah.  

Setelah pembacaan resolusi dilanjutkan dengan penanda tanganan dukungan terhadap perjuangan penegakan syariah dan khilafah oleh perwakilan organisasi-organisasi yang hadir. Pada akhir acara ini dilaksanakan aksi singkat oleh seluruh peserta diskusi ke depan kampus UNS dengan dipimpin oleh Hanif Ansorullah sebagai bentuk pengukuhan perjuangan dan bentuk seruan kepada masyarakat bahwa pergerakan mahasiswa islam saat ini tidak mati.