09 March 2015



Saat Tulisan ini saya buat, bertepatan dengan hari akan diselenggarakannya acara kuliah umum (Selasa, 10 maret 2015 jam 11.00 gedung prof.soedarto undip tembalang) dengan tema “The Development of Strategic Partnership between U.S. and Indonesia” dan tulisan ini adalah salah satu bentuk kekecewaan saya. Saya tau setiap sikap dan tindakan tak lain tak bukan karena pemahaman yang ada dalam benak kitalah yang mempengaruhinya, jika pemahaman kita menganggap benar sesuatu yang salah maka akan nampak benar apa yang salah itu, begitupun sebaliknya. Namun dalam tulisan ini saya tidak akan memberikan kuliah kepada para pembaca sekalian, saya hanya ingin mengatakan ada pemahaman yang salah dari generasi muda mahasiswa saat ini termasuk organisasi mereka. Kecerdasan politik mahasiswa telah semakin tumpul, teriakan perlawanan tidak lagi meluncur lantang dari lidah dan kepalan tangan mereka, namun justru bersahabat dengan musuh rakyat. Aneh, sebuah organisasi mahasiswa terbesar disebuah kampus menjadi penyelenggara acara menjijikan ini, apakah ingin kita sampaikan pada rakyat bahwa mahasiswa hari ini telah menjadi sahabat para kaum imperialis?

Amerika memiliki track record kebiadaban yang terlalu panjang untuk dijabarkan, tangan-tangan mereka masih berlumur darah kaum muslimin dan berbagai bangsa lainnya, dari negeri merekalah segala kekayaan alam dunia dihabiskan, melalui moncong-moncong senjata merekalah ribuan nyawa melayang di Afganistan dan Iraq, serta berbagai negara lainnya, termasuk  Indonesia telah kehilangan sebagaian besar kekayaan alamnya. Amerika telah dan mengontrol habis-habisan bangsa ini melalui lembaga-lembaga multinasional yang dikendalikan olehnya seperti International Monetery Fund (IMF), World Bank, World Trade Organization (WTO) dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Salah satunya adalah Freeport Indonesia tambang Amerika yang berpusat di New York, yang beroperasi di Papua sejak awal Orde Baru, telah menghancurkan dua gunung besar yang menjadi kebanggaan nasional, akan tetapi rakyat Papua tetaplah suku bangsa minoritas, terasing dan terbelakang di tanahnya sendiri. Exon Mobil Oil dan Santa Fe di Cepu dan Bojonegoro, beroperasi dan mengeruk keuntungan besar karena konsesi yang penuh KKN dengan Rezim Boneka Imperialis dalam negeri, rakyat hanya bisa melihat mobil bagus melintas lalu lalang, dan sekonyong-konyong daerahnya berunah ramai, harga barang dan jasa naik, angka kriminalitas meningkat, karena menurunnya daya hidup. New Mont Indonesia sebuah perusahaan tambang emas Amerika, yang beroperasi di Kalimantan, Sulawesi dan NTB  keadaannya sama saja. Kesenjangan antara pendapatan ekspatriat asing dengan buruh Indonesia dengan jabatan yang sama menjadi bom waktu yang setiap saat akan meledak. Demikian juga telah membuat nelayan-nelayan di Selat Alas kehilangan mata pencaharian karena limbah bawah laut telah menghancurkan terumbuh karang dan membunuh ikan-ikan yang ada diperairan tersebut.

Penindasan ini menjadi kian panjang dengan masuknya mereka ke dalam pertanian rakyat, melakukan konsolidasi tanah dengan sistem Pertanian Kontrak, menyewa tanah petani dengan masa waktu yang panjang, 25 hingga 30 tahun, untuk menanam kapas dan jagung serta beberapa tanaman lain yang menguntungkan mereka. Petani akan menjadi buruh tani sepanjang waktu itu dan mereka akan mengeruk keuntungan tanpa batas.

Saya rasa tidak perlu saya ungkapkan semua kebiadaban amerika pada tulisan kali ini, di dunia maya maupun cetak telah tersebar begitu banyak data dan fakta yang tak terbantahkan akan hal itu, silahkan dibrousing sendiri. Namun ada hal yang paling urgen untuk dikemukakan adalah tentang sikap kita sebagai mahasiswa menyikapi peristiwa ini, ada hal yang sangat membuat saya kaget yaitu saat saya menyaksikan ternyata panitia penyelenggaranya adalah sebuah organisasi terbesar dikampus undip yaitu BEM KM Undip, mengapa saya merasa kaget kerena harusnya mahasiswa cerdas dalam berpikir dan bertindak serta kokoh dalam pendirian, tapi kali ini yang saya saksikan justru menjadi panitia acara yang didatangi oleh duta besar negara yang jelas-jelas memiliki keculasan perilaku. Menurut dugaan saya  hal ini dikarenakan lemahnya pemikiran politis mahasiswa termasuk para aktivis-aktivisnya, organisasi mahasiswa telah sangat gampang diatur dan dikendalikan rezim penguasa dan rezim kampus, mereka telah berdiri pada suatu posisi sebagai even organizer dan kosong ideologi. Sehingga hanya bekerja sebagaimana yang dititahkan oleh penguasa kampus atau penguasa negara. Mahasiswa harusnya menyampaikan secara tegas kepada rakyat bahwa amerika adalah bangsa biadab dan harus diusir dari negeri ini, mahasiswa harusnya menyampaikan kepada penguasa kampus bahwa dengan menyambut kedatangan duta besar amerika ke kampus kita artinya kita telah ridho terhadap segala kekejian yang telah dilakukan Amerika selama ini kepada Indonesia dan dunia. Kampus dan mahasiswa harusnya berdiri pada barisan rakyat, bukan pada barisan penjajah, menyedihkan jika saat menjadi mahasiswa saja telah menjadi boneka penjajah mau jadi apa nanti jika menjadi penguasa negara?

Jika dilihat sebagai seorang muslim maka sikap seorang muslim terhadap negara penjajah adalah tegas, sebagi musuh. Tentu ada sebagian orang yang picik akan berucap bukankah islam mengajarkan untuk menghormati tamu? Benar islam mengajarkan demikian, namun islam adalah agama realsistis bukan agama ngawang-ngawang yang tak masuk logika, oleh karena itu islam tidak menyamakan semua tamu, jika yang hendak bertamu adalah musuh Allah, jika yang hendak bertamu adalah orang yang hingga hari ini masih terus menghisap darah dan harta kaum muslimin maka haram hukumnya menerima kunjungan tersebut, apalagi menyambut dan memuliakannya. Logika sederhananya, apakah anda akan menerima orang yang hendak bertamu kerumah anda padahal orang ini adalah orang yang membunuh ibu, bapak anda? Orang yang menjarah mobil dan uang anda? Orang yang memperkosa adik-adik anda? Dan ditangannya masih berlumur darah bapak ibu anda lalu ia datang untuk bertamu dan mengajak anda bekerja sama? Jika anda masih menerimanya maka hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Anda tidak tau bahwa ia adalah pembunuh ibu bapak anda, penjarah harta anda dan perengut kehormatan adik-adik anda. Kedua, Anda telah kehilangan akal sehat.

Bagaiamana sikap mahasiswa seharusnya? Seharusnya kita melawan dan mengusir penjajah dari tanah air ini, bukan malah bersahabat dengan mereka. Seharusnya mahasiswa melakukan edukasi kepada masyarakat akibat kerusakan yang dilakukan penjajah amerika bukan malah menyambutnya dan memuliakannya sebagai tamu. Seharusnya mahasiswa turun kejalan dan berteriak mengusir duta besar amerik dari undip dan dari Indonesia, sekiranya malulah kita menyandnag nama Diponegoro jika kita hari ini telah bersahabat dengan musuh-musuh pejuang agung Diponegoro.

Satu kata penutup untuk kedatangan dubes Amerika ke Undip,
LAWAN…!!!