Saat Tulisan ini saya buat,
bertepatan dengan hari akan diselenggarakannya acara kuliah umum (Selasa, 10
maret 2015 jam 11.00 gedung prof.soedarto undip tembalang) dengan tema “The
Development of Strategic Partnership between U.S. and Indonesia” dan tulisan
ini adalah salah satu bentuk kekecewaan saya. Saya tau setiap sikap dan
tindakan tak lain tak bukan karena pemahaman yang ada dalam benak kitalah yang
mempengaruhinya, jika pemahaman kita menganggap benar sesuatu yang salah maka
akan nampak benar apa yang salah itu, begitupun sebaliknya. Namun dalam tulisan
ini saya tidak akan memberikan kuliah kepada para pembaca sekalian, saya hanya
ingin mengatakan ada pemahaman yang salah dari generasi muda mahasiswa saat ini
termasuk organisasi mereka. Kecerdasan politik mahasiswa telah semakin tumpul,
teriakan perlawanan tidak lagi meluncur lantang dari lidah dan kepalan tangan
mereka, namun justru bersahabat dengan musuh rakyat. Aneh, sebuah organisasi
mahasiswa terbesar disebuah kampus menjadi penyelenggara acara menjijikan ini,
apakah ingin kita sampaikan pada rakyat bahwa mahasiswa hari ini telah menjadi
sahabat para kaum imperialis?
Amerika memiliki track record
kebiadaban yang terlalu panjang untuk dijabarkan, tangan-tangan mereka masih
berlumur darah kaum muslimin dan berbagai bangsa lainnya, dari negeri merekalah
segala kekayaan alam dunia dihabiskan, melalui moncong-moncong senjata
merekalah ribuan nyawa melayang di Afganistan dan Iraq, serta berbagai negara
lainnya, termasuk Indonesia telah
kehilangan sebagaian besar kekayaan alamnya. Amerika telah dan mengontrol
habis-habisan bangsa ini melalui lembaga-lembaga multinasional yang
dikendalikan olehnya seperti International Monetery Fund (IMF), World Bank,
World Trade Organization (WTO) dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Salah satunya adalah Freeport
Indonesia tambang Amerika yang berpusat di New York, yang beroperasi di Papua
sejak awal Orde Baru, telah menghancurkan dua gunung besar yang menjadi
kebanggaan nasional, akan tetapi rakyat Papua tetaplah suku bangsa minoritas,
terasing dan terbelakang di tanahnya sendiri. Exon Mobil Oil dan Santa Fe di
Cepu dan Bojonegoro, beroperasi dan mengeruk keuntungan besar karena konsesi
yang penuh KKN dengan Rezim Boneka Imperialis dalam negeri, rakyat hanya bisa
melihat mobil bagus melintas lalu lalang, dan sekonyong-konyong daerahnya
berunah ramai, harga barang dan jasa naik, angka kriminalitas meningkat, karena
menurunnya daya hidup. New Mont Indonesia sebuah perusahaan tambang emas
Amerika, yang beroperasi di Kalimantan, Sulawesi dan NTB keadaannya sama
saja. Kesenjangan antara pendapatan ekspatriat asing dengan buruh Indonesia
dengan jabatan yang sama menjadi bom waktu yang setiap saat akan meledak.
Demikian juga telah membuat nelayan-nelayan di Selat Alas kehilangan mata
pencaharian karena limbah bawah laut telah menghancurkan terumbuh karang dan
membunuh ikan-ikan yang ada diperairan tersebut.
Penindasan ini menjadi kian
panjang dengan masuknya mereka ke dalam pertanian rakyat, melakukan konsolidasi
tanah dengan sistem Pertanian Kontrak, menyewa tanah petani dengan masa waktu
yang panjang, 25 hingga 30 tahun, untuk menanam kapas dan jagung serta beberapa
tanaman lain yang menguntungkan mereka. Petani akan menjadi buruh tani
sepanjang waktu itu dan mereka akan mengeruk keuntungan tanpa batas.
Saya rasa tidak perlu saya
ungkapkan semua kebiadaban amerika pada tulisan kali ini, di dunia maya maupun
cetak telah tersebar begitu banyak data dan fakta yang tak terbantahkan akan
hal itu, silahkan dibrousing sendiri. Namun ada hal yang paling urgen untuk
dikemukakan adalah tentang sikap kita sebagai mahasiswa menyikapi peristiwa
ini, ada hal yang sangat membuat saya kaget yaitu saat saya menyaksikan
ternyata panitia penyelenggaranya adalah sebuah organisasi terbesar dikampus
undip yaitu BEM KM Undip, mengapa saya merasa kaget kerena harusnya mahasiswa
cerdas dalam berpikir dan bertindak serta kokoh dalam pendirian, tapi kali ini
yang saya saksikan justru menjadi panitia acara yang didatangi oleh duta besar
negara yang jelas-jelas memiliki keculasan perilaku. Menurut dugaan saya hal ini dikarenakan lemahnya pemikiran
politis mahasiswa termasuk para aktivis-aktivisnya, organisasi mahasiswa telah
sangat gampang diatur dan dikendalikan rezim penguasa dan rezim kampus, mereka
telah berdiri pada suatu posisi sebagai even organizer dan kosong ideologi. Sehingga
hanya bekerja sebagaimana yang dititahkan oleh penguasa kampus atau penguasa
negara. Mahasiswa harusnya menyampaikan secara tegas kepada rakyat bahwa
amerika adalah bangsa biadab dan harus diusir dari negeri ini, mahasiswa
harusnya menyampaikan kepada penguasa kampus bahwa dengan menyambut kedatangan
duta besar amerika ke kampus kita artinya kita telah ridho terhadap segala
kekejian yang telah dilakukan Amerika selama ini kepada Indonesia dan dunia. Kampus
dan mahasiswa harusnya berdiri pada barisan rakyat, bukan pada barisan
penjajah, menyedihkan jika saat menjadi mahasiswa saja telah menjadi boneka
penjajah mau jadi apa nanti jika menjadi penguasa negara?
Jika dilihat sebagai seorang
muslim maka sikap seorang muslim terhadap negara penjajah adalah tegas, sebagi
musuh. Tentu ada sebagian orang yang picik akan berucap bukankah islam mengajarkan
untuk menghormati tamu? Benar islam mengajarkan demikian, namun islam adalah
agama realsistis bukan agama ngawang-ngawang yang tak masuk logika, oleh karena
itu islam tidak menyamakan semua tamu, jika yang hendak bertamu adalah musuh
Allah, jika yang hendak bertamu adalah orang yang hingga hari ini masih terus
menghisap darah dan harta kaum muslimin maka haram hukumnya menerima kunjungan tersebut, apalagi
menyambut dan memuliakannya. Logika sederhananya, apakah anda akan
menerima orang yang hendak bertamu kerumah anda padahal orang ini adalah orang
yang membunuh ibu, bapak anda? Orang yang menjarah mobil dan uang anda? Orang yang
memperkosa adik-adik anda? Dan ditangannya masih berlumur darah bapak ibu anda
lalu ia datang untuk bertamu dan mengajak anda bekerja sama? Jika anda masih
menerimanya maka hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Anda tidak tau
bahwa ia adalah pembunuh ibu bapak anda, penjarah harta anda dan perengut
kehormatan adik-adik anda. Kedua, Anda telah kehilangan akal sehat.
Bagaiamana
sikap mahasiswa seharusnya? Seharusnya kita melawan dan mengusir penjajah dari
tanah air ini, bukan malah bersahabat dengan mereka. Seharusnya mahasiswa
melakukan edukasi kepada masyarakat akibat kerusakan yang dilakukan penjajah
amerika bukan malah menyambutnya dan memuliakannya sebagai tamu. Seharusnya mahasiswa
turun kejalan dan berteriak mengusir duta besar amerik dari undip dan dari Indonesia,
sekiranya malulah kita menyandnag nama Diponegoro jika kita hari ini telah
bersahabat dengan musuh-musuh pejuang agung Diponegoro.
Satu
kata penutup untuk kedatangan dubes Amerika ke Undip,
LAWAN…!!!